Allah Maha Mendengar

Allah Maha Mendengar | al-uyeah.blogspot.com
As-Sami’ (السَّÙ…ِيعُ) adalah salah satu Asma’ullah al-Husna. Allah Ta'ala menyebut nama-Nya yang Agung ini dalam beberapa ayat Al-Qur’an semisal dalam firman-Nya:

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (asy-Syura: 11)

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (perkaranya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (al-Mujadilah:1)

Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam juga menyebut nama Rabbnya dalam beberapa haditsnya sebagaimana dalam riwayat berikut.

Dari Abu Musa al-Asy’ari radiyallahu'anhu, ia berkata:

“Ketika kami safar bersama Rasulullah, jika kami menaiki jalanan menanjak, maka kami mengucapkan takbir.(1) Beliau berkata, ‘Wahai manusia kasihilah diri kalian, karena kalian tidak menyeru Dzat yang tuli atau jauh. Akan tetapi, Ia Maha Mendengar dan Maha Melihat.’ 

Lalu beliau Shallallahu'alaihiwasalam mendatangiku, sementara aku sedang berucap dalam hatiku, ‘La haula wala Quwwata illa billah.’ Beliau pun berkata, ‘Wahai Abdullah bin Qais (Abu Musa), ucapkan La haula wala quwwata illa billah. Sesungguhnya hal itu adalah salah satu kekayaan yang tersimpan di surga’, atau beliau berkata, ‘Tidakkah kamu mau saya tunjuki salah satu harta kekayaan di surga? (Yakni) la haula wala quwwata illa billah’.” (Sahih, HR. al-Bukhari no. 5905)

As-Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa di antara asma’ul husna-Nya adalah as-Sami’, yaitu yang mendengar segala suara dengan berbagai bahasa dan beragam kebutuhan. Yang rahasia bagi-Nya adalah nyata, yang jauh bagi-Nya adalah dekat. (Tafsir Asma’ullah al-Husna)

Pendengaran Allah Ta'ala ada dua macam:

Pertama: pendengaran-Nya yang umum terhadap seluruh suara yang lahir dan batin, yang tersembunyi dan yang jelas, sehingga Allah Ta'ala meliputinya seluruhnya secara sempurna.

Kedua: pendengaran yang khusus, yaitu pendengaran beserta ijabah dari-Nya. Pendengaran bagi orang-orang yang berdoa kepada-Nya serta hamba-hamba yang beribadah kepada-Nya. Maka Allah Ta'ala akan mengijabahi mereka dan memberi mereka pahala seperti dalam firman-Nya:

“Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami telah mengikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah).” (Ali Imran: 35)

dan firman-Nya melalui lisan Ibrahim 'alaihisalam, kekasih-Nya:

“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Rabbku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.” (Ibrahim: 39)

Termasuk dalam hal ini ucapan seorang yang shalat, “Sami’allahu liman hamidah” (yakni Allah Ta'ala mendengar dan mengijabahi orang yang memuji-Nya). (Tafsir Asma’llahul Husna karya as-Sa’di dan Syarah Nuniyyah karya al-Harras)

Al-Harras rahimahullah menjelaskan bahwa makna as-Sami’ adalah yang mendengar seluruh suara yang tersembunyi atau yang terang-terangan sehingga tidak ada yang tersembunyi sedikit pun darinya. Bagaimanapun tersembunyinya seluruh suara, bagi pendengaran-Nya jauh dekat sama saja. Pendengaran-Nya mendengar setiap suara, tidak tersamar baginya dan tidak tercampur.

Dalam hadits Abu Hurairah radiyallahu'anhu, ia mengatakan bahwa Nabi Shallallahu'alaihiwasalam membaca ayat ini:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (an-Nisa’:58)

Lalu beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Melihat, lalu beliau meletakkan ibu jarinya pada telinganya dan jari telunjuknya pada matanya.” (Sahih, HR. Abu Dawud, “Kitab as-Sunnah Bab fil Jahmiyyah”. Disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani)

Makna hadits ini adalah Allah Ta'ala mendengar dengan pendengaran dan melihat dengan mata.

Hadits ini menjadi bantahan terhadap aliran Mu’tazilah dan sebagian aliran Asy’ariyyah yang meyakini bahwa pendengaran Allah Ta'ala artinya pengetahuan Allah Ta'ala terhadap sesuatu yang terdengar, sedangkan penglihatan Allah Ta'ala artinya pengetahuan-Nya terhadap sesuatu yang dapat dilihat. Tidak diragukan lagi bahwa hal itu merupakan penafsiran yang salah.

Karena masing-masing dari pendengaran dan penglihatan adalah makna yang lebih dari sekadar pengetahuan. Bisa jadi ada pengetahuan tanpa penglihatan dan pendengaran. Seorang yang buta mengetahui adanya langit, sementara itu ia tidak melihatnya. Demikian pula orang tuli mengetahui adanya suara, sementara itu ia tidak mendengarnya.

Lebih aneh lagi pendapat kelompok Asy’ariyah yang berpandangan bahwa setiap pendengaran dan penglihatan terkait dengan semua yang ada. Bagaimana bisa dikatakan bahwa pendengaran terkait dengan sesuatu yang tidak didengar seperti orang atau warna? Bagaimana pula penglihatan terkait dengan sesuatu yang tidak bisa dilihat semacam suara-suara yang terdengar oleh telinga? (Syarah Nuniyyah)

Dengan demikian, kita harus mengimani nama Allah Ta'ala, as-Sami’ yang berarti Maha Mendengar serta sifat pendengaran Allah Mahaluas. Tidak ada suara apa pun dan di mana pun kecuali Allah Ta'ala mendengarnya dengan jelas.

Makna ini harus benar-benar kita sadari sebagaimana Aisyah radiyallahu'anha, istri Nabi Shallallahu'alaihiwasalam dan ibu kaum mukminin, sangat merasakan makna tersebut. Perhatikan penuturannya terkait dengan kisah seorang wanita yang mengadukan suaminya kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasalam, Khaulah bintu Tsa’labah radiyallahu'anha mengadukan kejelekan akhlak suaminya yang sampai mengharamkan istrinya terhadap dirinya sehingga Allah Ta'ala menurunkan ayat:

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (perkaranya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (al-Mujadalah: 1)

Aisyah radiyallahu'anha bertutur:

“Segala puji bagi Allah yang pendengaran-Nya meliputi segala suara. Sungguh telah datang wanita kepada Nabi mengeluhkan dan berbicara dengannya, sedangkan saya (saat itu) di salah satu sisi rumah. Saya tidak mendengar apa yang dia ucapkan. Lalu Allah turunkan firman-Nya: ‘Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan tentang suaminya.’ (al-Mujadilah: 1)” (HR. al-Bukhari secara mu’allaq [tanpa menyebutkan sanadnya dari awal] dan Ahmad)

Buah Mengimani Nama Allah l, as-Sami’

Dengan mengimani nama Allah Ta'ala, as-Sami’, kita semakin mengenal keagungan Allah 'Azza wa Jalla yang Mahasempurna sifat-Nya. Pada saat yang sama, kita sangat mengetahui kelemahan pendengaran kita yang terbatas dan mengetahui kelemahan sesembahan selain Allah Ta'ala yang tidak mampu mendengar. Oleh karena itu, sesembahan selain Allah Ta'ala dilarang diibadahi seperti nasihat Nabi Ibrahim 'alaihisalam kepada ayahnya:

Ingatlah ketika ia berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?” (Maryam: 42)

Allah Ta'ala juga berfirman:

“Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam serta menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Rabbmu, kepunyaan-Nya lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari biji kurma. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu. Kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (Fathir: 13—14)

Sia-sialah mereka yang berdoa kepada selain Allah Ta'ala dan takkan sia-sia orang yang berdoa kepada Allah Ta'ala. Ia Maha Mendengar terhadap doa yang kita mohonkan, pengaduan yang kita panjatkan, dan ucapan yang kita bisikkan.

Dengan iman ini pula, seharusnya membuat kita berhati-hati dalam bertutur kata dan menjauhi segala ucapan yang tidak Allah Ta'ala ridhai, karena Allah Ta'ala senantiasa mendengarnya.
Wallahu a’lam.

Catatan Kaki:

1 Dalam sebagian lafadz, “Sampai kami keraskan suara kami.” (HR. al-Bukhari no. 2770)

"As-Sami’"
ditulis oleh: Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc
AsySyariah.com
Tulisan ini ditujukan untuk ana dan keluarga. Dibuat dengan cinta. Saran dan nasihat silakan tulis di kolom komentar.

Ada Pertanyaan?




Silakan antum tanyakan ke asatidzah dengan datang saja ke majelis ilmu terdekat, cek lokasinya kajian Info Kajian. Baarakallahu fiikum.
Previous
Next Post »
0 Komentar

Silakan tuliskan komentar, saran dan nasihat antum. Namun tidak semua akan tampilkan.